ma :
.......:::::::SELAMAT DATANG DI BLOG RELAWAN MASA DEPAN:::::::....... PALANG MERAH REMAJA SMP NEGERI 207 SSN JAKARTA...... SALAM KEMANUSIAAN
METODE  PERTOLONGAN  PERTAMA
(Pembalutan dan Pembidaian)
By : PMR SMP Negeri 207 SSN Jakarta

Prosedur Pembalutan :
Perhatikan tempat atau letak bagian tubuh yang akan dibalut dengan menjawab pertanyaan ini:
  • Bagian dari tubuh yang mana? (untuk menentukan macam pembalut yang digunakan dan ukuran pembalut bila menggunakan pita)
  • Luka terbuka atau tidak? (untuk perawatan luka dan menghentikan perdarahan)
  • Bagaimana luas luka? (untuk menentukan macam pembalut)
  • Perlu dibatasi gerak bagian tubuh tertentu atau tidak? (untuk menentukan perlu dibidai/tidak?)
Pilih jenis pembalut yang akan digunakan. Dapat satu atau kombinasi.
Sebelum dibalut, jika luka terbuka perlu diberi desinfektan atau dibalut dengan pembalut yang mengandung desinfektan. Jika terjadi disposisi/dislokasi perlu direposisi. Urut-urutan tindakan desinfeksi luka terbuka:
  • Letakkan sepotong kasa steril di tengah luka (tidak usah ditekan) untuk melindungi luka selama didesinfeksi.
  • Kulit sekitar luka dibasuh dengan air, disabun dan dicuci dengan zat antiseptik.
  • Kasa penutup luka diambil kembali. Luka disiram dengan air steril untuk membasuh bekuan darah dan kotoran yang terdapat di dalamnya.
  • Dengan menggunakan pinset steril (dibakar atau direbus lebih dahulu) kotoran yang tidak hanyut ketika disiram dibersihkan.
  • Tutup lukanya dengan sehelai sofratulle atau kasa steril biasa. Kemudian di atasnya dilapisi dengan kasa yang agak tebal dan lembut.
  • Kemudian berikan balutan yang menekan.
Apabila terjadi pendarahan, tindakan penghentian pendarahan dapat dilakukan dengan cara:
  • Pembalut tekan, dipertahankan sampai pendarahan berhenti atau sampai pertolongan yang lebih mantap dapat diberikan.
  • Penekanan dengan jari tangan di pangkal arteri yang terluka. Penekanan paling lama 15 menit.
  • Pengikatan dengan tourniquet.
    • Digunakan bila pendarahan sangat sulit dihentikan dengan cara biasa.
    • Lokasi pemasangan: lima jari di bawah ketiak (untuk pendarahan di lengan) dan lima jari di bawah lipat paha (untuk pendarahan di kaki)
    • Cara: lilitkan torniket di tempat yang dikehendaki, sebelumnya dialasi dengan kain atau kasa untuk mencegah lecet di kulit yang terkena torniket. Untuk torniket kain, perlu dikencangkan dengan sepotong kayu. Tanda torniket sudah kencang ialah menghilangnya denyut nadi di distal dan kulit menjadi pucat kekuningan.
    • Setiap 10 menit torniket dikendorkan selama 30 detik, sementara luka ditekan dengan kasa steril.
  • Elevasi bagian yang terluka
Tentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan:
  • Dapat membatasi pergeseran/gerak bagian tubuh yang memang perlu difiksasi
  • Sesedikit mungkin membatasi gerak bgaian tubuh yang lain
  • Usahakan posisi balutan paling nyaman untuk kegiatan pokok penderita.
  • Tidak mengganggu peredaran darah, misalnya balutan berlapis, yang paling bawah letaknya di sebelah distal.
  • Tidak mudah kendor atau lepas
Prinsip dan Prosedur Pembidaian :
Prinsip
  • Lakukan pembidaian di mana anggota badan mengalami cedera (korban jangan dipindahkan sebelum dibidai). Korban dengan dugaan fraktur lebih aman dipindahkan ke tandu medis darurat setelah dilakukan tindakan perawatan luka, pembalutan dan pembidaian.
  • Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak perlu harus dipastikan dulu ada tidaknya patah tulang. Kemungkinan fraktur harus selalu dipikirkan setiap terjadi kecelakaan akibat benturan yang keras. Apabila ada keraguan, perlakukan sebagai fraktur.
  • Melewati minimal dua sendi yang berbatasan.


Prosedur Pembidaian
  • Siapkan alat-alat selengkapnya
  • Apabila penderita mengalami fraktur terbuka, hentikan perdarahan dan rawat lukanya dengan cara menutup dengan kasa steril dan membalutnya.
  • Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang, diukur dahulu pada sendi yang sehat.
  • Bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan. Memakai bantalan di antara bagian yang patah agar tidak terjadi kerusakan jaringan kulit, pembuluh darah, atau penekanan syaraf, terutama pada bagian tubuh yang ada tonjolan tulang.
  • Mengikat bidai dengan pengikat kain (dapat kain, baju, kopel, dan sebagainya) dimulai dari sebelah atas dan bawah fraktur. Tiap ikatan tidak boleh menyilang tepat di atas bagian fraktur. Simpul ikatan jatuh pada permukaan bidainya, tidak pada permukaan anggota tubuh yang dibidai.
  • Ikatan jangan terlalu keras atau kendor. Ikatan harus cukup jumlahnya agar secara keseluruhan bagian tubuh yang patah tidak bergerak.
  • Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai.
  • Sepatu, gelang, jam tangan dan alat pengikat perlu dilepas.

pesan samudra